IDDB Sebagai Proyek Tokenisasi Obligasi Negara Pertama di Indonesia
ID Digital Bonds (IDDB) diumumkan secara resmi sebagai proyek tokenisasi obligasi negara pertama di Indonesia. Tokennya, disebut IDDB, yang kelak diperdagangkan di Nanovest itu merepresentasikan obligasi negara INDON 34 secara fraksional.
Dalam keterangan resmi kepada media, Rabu (21/8/2024), PT Sejahtera Bersama Nano (SBN) secara resmi berkolaborasi dengan PT Tumbuh Bersama Nano (Nanovest) menghadirkan inovasi produk tokenisasi obligasi negara pertama di Indonesia.
“Proyek tokenisasi obligasi yang disebut dengan ID Digital Bonds (IDDB) ini merupakan proyek pertama di Indonesia yang melakukan adopsi tokenisasi pada aset keuangan dalam bentuk obligasi (bonds) alias surat utang. Proyek IDDB ini merupakan hasil pengembangan dan kolaborasi antara Nanovest sebagai crypto exchange yang terdaftar sebagai Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK), PT Sejahtera Bersama Nano (SBN) selaku token issuer (penerbit token), STAR Asset Management selaku mitra manajer investasi dan Bank Sinarmas selaku kustodian yang melakukan penyimpanan aset keuangan obligasi,” tertera dalam keterangan itu.
Selain itu token IDDB juga dipastikan akan merepresentasikan kepemilikan dari obligasi seri INDON 34.
“Adapun nantinya token IDDB akan dapat merepresentasikan INDON 34 secara fraksional sehingga minimum pembelian obligasi dapat diturunkan, di mana token IDDB itu sendiri diterbitkan di blockchain Ethereum sebagai token berstandar ERC-20,” sebut Nanovest.
Disampaikan pula, bahwa proyek IDDB secara resmi dalam proses menjadi peserta dalam program sandbox Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk inovasi keuangan domestik.
Mengapa Perbankan Lirik Tokenisasi Real Asset?
Manfaat IDDB Sebagai Aset Digital Hasil Tokenisasi Obligasi Negara
“Para calon investor tentunya akan mendapatkan berbagai keuntungan menarik melalui token IDDB ini. Dikutip dari Bank Panin, transaksi obligasi negara khususnya INDON 34 membutuhkan nilai transaksi paling sedikit US$200 ribu atau setara Rp3 miliar. Adanya token IDDB dapat membuka peluang bagi para calon investor agar dapat membeli obligasi seri INDON 34 dengan nominal transaksi yang lebih terjangkau, yaitu mulai dari US$1000. Melalui token IDDB, hasul tokenisasi obligasi negara ini, para calon investor akan diberikan kesempatan untuk terlibat dengan aset keuangan berisiko rendah namun berkualitas tinggi dengan cara yang lebih mudah, lebih aman, minimum pembelian yang lebih kecil, serta lebih efisien daripada sebelumnya,” sebut mereka.
Sementara itu Gumarus Dharmawan William CEO PT Sejahtera Bersama Nano (SBN)-IDDB mengatakan, inovasi produk terbaru mereka lewat IDDB kepada masyarakat Indonesia adalah cerminan untuk terus memenuhi permintaan investor yang semakin berkembang dengan memberikan akses ke Real World Asset (RWA) token dengan underlying aset keuangan obligasi.
“Kami yakin IDDB dapat menghadirkan likuiditas, transparansi, dan aksesibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya di aset keuangan obligasi sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi dalam membangun negeri dengan meningkatkan capital inflow positif ke Indonesia,” sebutnya.
Jajaran Direksi dan Manajemen Nanovest (PT Tumbuh Bersama Nano), Star Asset Manajemen dan Manajemen SBN (PT Sejahtera Bersama Nano).Bank Indonesia (BI) mencatat telah terjadi keluarnya dana atau modal dari dalam negeri ke luar, baik secara langsung maupun tidak langsung (capital outflow) sebesar Rp780 miliar sepanjang 19-20 Juni 2024.
Aliran modal asing itu keluar melalui jual neto pasar saham senilai Rp1,42 triliun. Sementara itu, aliran modal asing masuk melalui beli neto Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp450 miliar dan melalui SRBI (Sekuritas Bank Indonesia) sebesar Rp190 miliar.
Tingginya capital outflow tersebut membuat proyek IDDB ini digagas dan dirancang dalam tujuan membantu pembangunan negara.
“Pada tahap awal, kami akan mengembangkan proyek tokenisasi pada obligasi pemerintah dengan seri INDON 34 menggunakan mata uang dolar AS. Melalui token IDDB, investor akan dapat mengakses obligasi dengan lebih mudah dikarenakan modal minimum yang dibutuhkan untuk membeli token IDDB akan jauh lebih kecil dibanding membeli obligasi seri INDON 34 secara langsung,” terang mereka.
Raksasa BlackRock Incar Bisnis Tokenisasi Saham
Sedangkan Billy Surya Jaya selaku Direktur Utama Nanovest menambahkan, Nanovest sebagai crypto exchange mengaku menerima baik mereka sebagai fasilitator transaksi token IDDB kepada konsumen publik.
“Kami yakini para calon investor semakin dimanjakan dengan berbagai pilihan portofolio yang menguntungkan. Lebih dari itu para investor juga akan memiliki rasa aman karena IDDB menjadi token pertama dengan underlying asset berupa obligasi yang secara resmi sedang dalam proses menjadi peserta sandbox di OJK,” terang Billy.
Apa Itu RWA Token?
RWA (Real World Asset) token adalah jenis token kripto yang didukung oleh aset dunia nyata, seperti properti, komoditas, sekuritas, ataupu surat utang (bonds) Token ini mewakili (represent) kepemilikan atau bagian dari aset fisik yang sebenarnya, yang di-tokenisasi menggunakan smart contract dan diterbitkan di blockchain. Tujuan utama dari RWA token ini adalah untuk membuat aset dunia nyata lebih likuid, mudah diakses, dan dapat diperdagangkan secara global.
Contoh aset yang dapat ditokenisasi termasuk real estate, saham, obligasi, atau bahkan barang-barang mewah seperti karya seni. Dengan menggunakan RWA token, aset ini dapat diperdagangkan melalui blockchain, lewat crypto exchange selayaknya token kripto biasa.
Ini memungkinkan investor untuk membeli dan menjual bagian-bagian kecil dari aset tersebut tanpa harus memiliki aset secara fisik. Tokenisasi aset dunia nyata juga memungkinkan pembagian kepemilikan yang lebih mudah dan transparan, serta memfasilitasi transaksi lintas batas dengan biaya yang lebih rendah dan kecepatan yang lebih tinggi.
Token RWA menjadi semakin popular karena menawarkan cara baru untuk mengakses dan mengelola investasi dalam aset dunia nyata, dengan memanfaatkan keamanan dan efisiensi teknologi blockchain.
Menurut Markets Markets, pasar tokenisasi diperkirakan akan meluas dari US$2,3 miliar pada tahun 2021 menjadi US$5,6 miliar pada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 19 persen. Saat ini, tokenisasi memiliki potensi yang sangat besar dan terus berkembang seiring dengan teknologi blockchain.
Tokenisasi Jadi Sorotan Perusahaan Internasional
Keunggulan tokenisasi aset nyata mendapatkan sorotan dari CEO BlackRock Larry Fink. Pada Maret 2023 ia menyebutkan, ada potensi bahwa tokenisasi aset nyata dapat mendorong efisiensi di pasar modal dan meningkatkan biaya serta memperluas akses bagi investor. Fink mencatat bahwa tokenisasi aset dapat membantu merevolusi industri manajemen aset, menawarkan penerapan yang menarik untuk teknologi dasar di ruang aset digital.
“Di BlackRock kami terus mengeksplorasi ekosistem aset digital, terutama area yang paling relevan dengan klien kami seperti blockchain yang diizinkan dan tokenisasi saham dan obligasi,” tutur Larry Fink .
JP Morgan juga menjelajahi dunia tokenisasi dengan menyelesaikan lintas transaksi mata uang yang melibatkan deposit yen Jepang dan dolar Singapura yang telah diterbitkan dalam bentuk token.
Sejumlah perusahaan manajemen investasi di Inggris juga telah mendapatkan lampu hijau untuk mengembangkan tokenisasi reksadana , di mana aset reksadana dikonversi menjadi bentuk token digital yang didukung oleh teknologi blockchain.
Memahami Cara Kerja Tokenisasi Reksadana
“Berkat tokenisasi ini (juga disebut sebagai fraksionalisasi), akan memungkinkan aset reksadana untuk diperdagangkan dengan lebih murah dan lebih transparan. Bahkan cakupan investor untuk membeli ke dalam berbagai aset menjadi lebih luas,” kata sejumlah sumber dilansir dari Reuters, Jumat (24/11/2023).
Lampu hijau untuk tokenisasi reksadana ini telah mendapat restu dari Otoritas Keuangan Inggris (FCA) sebagai langkah perdana menuju penawaran reksadana yang ditokenisasi. [ps]
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Volatility Shares mengajukan ETF berjangka Solana, meskipun tidak ada produk berjangka Sol
Manajer aset Volatility Shares telah mengajukan aplikasi untuk ETF yang akan berinvestasi dalam kontrak berjangka Solana di bursa yang diatur oleh CFTC dan menawarkan opsi leverage 1x, 2x, dan -1x. Pengajuan ini dilakukan bahkan sebelum produk berjangka Solana tersebut tersedia untuk diperdagangkan.
Solana Melonjak saat TON Menstabilkan Diri: Tingkat Perdagangan Kritis untuk Januari
Kelompok industri menggugat untuk menghentikan IRS mengumpulkan info pengguna dari antarmuka depan DeFi
Tinjauan Cepat Asosiasi Blockchain dan dua kelompok lainnya menggugat IRS untuk menantang aturan yang baru saja diselesaikan yang akan mengharuskan front-end DeFi melaporkan data pengguna, termasuk informasi pribadi dan detail setiap perdagangan, kepada lembaga tersebut mulai tahun 2027. Persyaratan ini akan "mendorong seluruh teknologi yang sedang berkembang ini ke luar negeri," kata pengacara utama kelompok advokasi tersebut. IRS berargumen dalam aturan akhirnya bahwa melacak transaksi DeFi akan "menguntungkan kepatuhan pajak dengan membantu menutup kesenjangan informasi dengan re