Konflik Timur Tengah Memanas, Bitcoin Ambruk ke US$60.000
Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan tajam hingga mencapai level US$60.000 pada awal Oktober, seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang kembali memanas.
Berdasarkan data CoinMarketCap pada Selasa pagi (2/10/2024), Bitcoin merosot dari US$64.000 menjadi US$61.400, mencatat penurunan sebesar 3% hanya dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini juga berdampak pada kapitalisasi pasar Bitcoin yang turun 3% menjadi US$1,2 triliun. Hingga artikel ini ditulis, aset kripto terbesar di dunia ini telah mengalami pemulihan di kisaran US$61.700.

Di sektor altcoin, Ether (ETH) anjlok lebih dari 5% menjadi US$2.474, sementara BNB (BNB), Solana (SOL), dan XRP (XRP) masing-masing turun sebesar 3%, 5%, dan 2%.
Menurut data CoinGlass , penurunan harga ini telah menyebabkan likuidasi massal di pasar derivatif, dengan mayoritas trader yang memegang posisi long dilikuidasi. Total likuidasi mencapai US$449 juta atau setara Rp6,8 triliun, dari total likuidasi US$522,8 juta atau sekitar Rp7,9 triliun di seluruh pasar kripto.
Baca juga: Harga Bitcoin Reli ke US$65.000, Didorong Faktor Ekonomi AS
Ketegangan di Timur Tengah yang Meningkat
Melemahnya pasar kripto saat ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang menurunkan minat investor terhadap aset berisiko.
Pada Selasa pagi, Iran telah melancarkan serangan rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, dan seorang komandan Iran di Lebanon oleh Israel. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada April dan Juli 2024, yang turut mengakibatkan reaksi negatif pasar kripto.
Selain itu, laporan dari CNBC menyebut bahwa para investor kini juga tengah mengawasi mogoknya para anggota International Longshoremen’s Association di pesisir timur dan teluk Amerika Serikat, yang berpotensi mempengaruhi perekonomian AS tergantung pada durasi mogok tersebut.
Kendati demikian, perurunan harga Bitcoin dan pasar kripto secara luas saat ini diharapkan tidak akan bertahan lama, mengingat bulan Oktober atau dikenal sebagai Uptober oleh para trader dianggap sebagai bulan yang kuat bagi Bitcoin dengan rata-rata peningkatan hampir 23% sejak 2013, menurut data CoinGlass .
Baca juga: Kebijakan China Berikan Sinyal Bullish Bagi Harga Bitcoin
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Strategi berupaya mengumpulkan hingga $21 miliar melalui saham preferen abadi STRK untuk membeli bitcoin
Quick Take Strategy berencana untuk mengumpulkan hingga $21 miliar melalui penawaran saham preferen dengan hak tebusan abadi. Strategi ini bertujuan untuk menggunakan hasilnya untuk keperluan korporat umum, termasuk akuisisi bitcoin.

Dana kripto global kehilangan $876 juta lagi minggu lalu di tengah 'tanda-tanda kapitulasi': CoinShares
Ringkasan Singkat Produk investasi kripto global mengalami arus keluar bersih sebesar $876 juta minggu lalu, menurut manajer aset CoinShares. Meskipun mencatat minggu keempat berturut-turut arus keluar, ada "tanda-tanda kapitulasi," kata Kepala Penelitian James Butterfill.

Tanda-tanda perlambatan ekonomi dapat mendorong pergeseran dovish dari Fed, meningkatkan bitcoin dan aset berisiko: analis
Pertumbuhan pekerjaan di AS yang lebih lemah dari perkiraan pada bulan Februari dapat mendorong Federal Reserve untuk beralih ke kebijakan yang lebih dovish, karena kebutuhan untuk pemotongan suku bunga guna merangsang ekonomi dapat meningkatkan ekuitas global dan mata uang kripto, kata para analis. Namun, risiko inflasi yang terus-menerus terkait dengan tarif dan gangguan rantai pasokan masih menjadi faktor yang dapat membuat Fed tetap berhati-hati, tambah para analis.

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








