Tiger Research Ungkap Alasan di Balik Minat Institusi pada Bitcoin

Analis Tiger Research baru-baru ini mengungkapkan bahwa Bitcoin semakin menarik perhatian sebagai aset investasi unggulan, berkat karakteristik uniknya yang berbeda dari instrumen keuangan tradisional seperti emas dan obligasi. 

Dalam laporan berjudul To Buy or Not to Buy: Bitcoin for Institutions, Tiger Research Mengungkapkan bahwa investor institusi mulai melirik Bitcoin sebagai aset investasi berkat karakteristik uniknya yang membedakannya dari aset aman tradisional seperti emas. Sifatnya yang terdesentralisasi dan tahan inflasi memperkenalkan kemungkinan baru dalam strategi manajemen aset institusional.

Laporan tersebut khususnya bertujuan untuk menganalisis alasan di balik keputusan institusi untuk berinvestasi dalam Bitcoin, mengeksplorasi faktor-faktor utama yang memengaruhi keputusan beli dan jual di antara berbagai institusi, serta mengkaji strategi institusi dalam kondisi pasar yang serupa.

Mengingat status Bitcoin sebagai aset investasi korporasi terus meningkat, laporan ini juga akan menganalisis perspektif pasar Asia dan strategi yang sesuai.

Baca juga: Survei Ungkap Mayoritas Investor Institusi Jepang Mau Investasi Kripto

Konsep dan Keuntungan Bitcoin sebagai Aset Investasi

Secara tradisional, institusi mengandalkan aset seperti emas, obligasi, dan mata uang asing untuk melindungi nilai selama ketidakpastian ekonomi. Namun, Bitcoin menawarkan alternatif baru dengan sifat tahan inflasi yang unik. Dengan total suplai tetap sebesar 21 juta koin, Bitcoin memiliki kelangkaan yang membuatnya menarik sebagai aset pelestarian nilai jangka panjang.

Keuntungan ini membuat Bitcoin menjadi pilihan strategis bagi institusi yang ingin diversifikasi portofolio mereka, terutama di tengah tekanan inflasi yang meningkat.

Lindung Nilai Inflasi

Studi oleh Rodriguez dan Colombo pada 2024, Is Bitcoin an Inflation Hedge?, mengungkap bahwa Bitcoin memberikan pengembalian signifikan saat tekanan inflasi meningkat, terutama yang diukur melalui Indeks Harga Konsumen (CPI). Namun, efektivitas ini dapat bervariasi tergantung pada tingkat adopsi dan konteks pasar.

Profitabilitas dan Likuditas Tinggi 

Berdasarkan data 2024, Bitcoin mencatatkan return tahunan sebesar 127%, jauh melampaui emas yang hanya naik 27% dan indeks S&P 500 yang naik sekitar 24% dalam periode yang sama.

Namun, nilai Bitcoin sebagai aset investasi institusional tidak hanya terletak pada tingkat pengembaliannya. Aset investasi tradisional seperti obligasi memiliki jam perdagangan terbatas dan melibatkan prosedur transaksi yang kompleks, sehingga menyulitkan untuk merespons perubahan suku bunga atau guncangan pasar dengan cepat. 

Profitabilitas Bitcoin. Sumber: Tiger Research/TradingView

Selain itu, likuiditas global Bitcoin yang memungkinkan perdagangan 24/7 menjadikannya lebih fleksibel dibandingkan aset tradisional, yang sering dibatasi oleh zona waktu dan prosedur transaksi kompleks. Likuiditas ini memungkinkan institusi merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien.

Dampak Bitcoin dalam Perekonomian

Investasi Bitcoin oleh perusahaan publik menciptakan dampak signifikan dalam hal visibilitas pasar. Dengan hanya mengumumkan pembelian Bitcoin sebagai bagian dari strategi diversifikasi, perusahaan mampu menarik perhatian media dan meningkatkan nilai merek mereka. Ini juga memperkuat citra perusahaan sebagai entitas inovatif dan berpikiran maju, yang pada akhirnya menarik minat investor ritel.

Baca juga: Investor Institusi Lebih Pilih Solana daripada XRP

Perilaku Beli-Jual Institusi

Dengan Bitcoin menjadi bagian tetap dari portofolio investasi institusi, pola perdagangan unik mulai muncul. Institusi sering kali secara terbuka mengumumkan pembelian Bitcoin mereka, mengirimkan sinyal kuat ke pasar. Strategi ini membantu menyoroti sikap inovatif perusahaan dan meningkatkan kepercayaan pasar.

Sebaliknya, penjualan Bitcoin sering dilakukan secara diam-diam, biasanya terjadi selama proses realisasi keuntungan dan reinvestasi dana untuk memperkuat operasional inti perusahaan.

MicroStrategy, yang memegang lebih dari 446.400 BTC, telah menarik perhatian global dengan strategi investasinya. Chairman MicroStrategy, Michael Saylor, yang awalnya skeptis terhadap Bitcoin, kini justru menjadi pendukung kuat, menganggap Bitcoin sebagai pelindung nilai terbaik, mengutip bahwa “uang tunai, obligasi dengan imbal hasil rendah, dan saham dinilai terlalu rentan terhadap inflasi.”

Strategi ini berhasil memberikan stabilitas keuangan perusahaan, sekaligus memperkuat posisinya di pasar. Kesuksesan MicroStrategy juga memengaruhi pasar Asia, dengan perusahaan seperti Boyaa Interactive yang mengonversi kepemilikan Ethereum mereka menjadi Bitcoin dan MetaPlanet yang secara agresif mengakuisisi Bitcoin pada tahun 2024. 

Boyaa Interactive mengumumkan konversi aset ETH ke BTC. Sumber: Tiger Research

Di sisi lain, produsen mobil listrik Tesla memberikan contoh yang kontras dengan perusahaan seperti MicroStrategy. Pada tahun 2022, Tesla menjual 75% kepemilikan Bitcoin-nya, dengan alasan kebutuhan likuiditas selama kondisi ekonomi yang tidak pasti. 

Investasi Bitcoin Tesla telah digunakan secara strategis untuk mendukung kebutuhan operasional dan ekspansi, termasuk pembangunan pabrik baru di Austin, Texas, dan Berlin. Menurut CFO Tesla, Zachary Kirkhorn, investasi dalam Bitcoin memberikan likuiditas dan tingkat pengembalian tertentu, menunjukkan fleksibilitasnya sebagai alat keuangan untuk proyek-proyek yang membutuhkan modal besar.

Baca juga: 3 Masalah yang Hambat Adopsi Kripto di Level Institusi

Tren Investasi Bitcoin di Asia

MetaPlanet telah menjadi salah satu contoh terkemuka dalam adopsi Bitcoin secara agresif di Asia. Sesuai julukannya, “MicroStrategy Asia,” perusahaan ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap investasi Bitcoin jangka panjang dengan membeli 1.018 BTC hanya dalam kurun waktu 2024.

Kisah MetaPlanet menyoroti keberhasilan transformasi perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai zombie company. Zombie company adalah istilah untuk perusahaan yang hanya mampu menghasilkan keuntungan cukup untuk menutupi biaya operasional dan pembayaran utang, tetapi tidak memiliki modal untuk mendukung pertumbuhan.

MetaPlanet, meski memiliki cadangan kas yang signifikan, sebelumnya gagal menarik perhatian di pasar saham. Namun, dengan mencontoh strategi MicroStrategy, MetaPlanet berhasil melakukan perubahan besar yang meningkatkan daya tariknya di pasar dan mengubah citra perusahaan.

Selain berinvestasi langsung dalam Bitcoin, MetaPlanet mengumumkan rencana ekspansi ke berbagai lini bisnis baru. Strategi perusahaan mencakup penggunaan berbagai instrumen keuangan, seperti pinjaman, saham, obligasi konversi, dan penghasilan dari opsi jual (put options), untuk mendukung akuisisi Bitcoin.

Pendekatan ini dipuji sebagai model pendapatan aktif yang melampaui sekadar pengelolaan aset. MetaPlanet tidak hanya menyimpan Bitcoin, tetapi juga secara aktif memanfaatkan instrumen keuangan untuk menghasilkan keuntungan tambahan.

Meskipun strategi MetaPlanet telah terbukti sukses, pendekatan ini tidak dapat diterapkan secara universal pada semua zombie company. Keberhasilan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar dan karakteristik internalnya.

Kesimpulan

Dalam laporannya, Tiger Research menyimpulkan bahwa evolusi Bitcoin sebagai aset investasi menandai pergeseran yang signifikan dalam keuangan institusional. Sifatnya yang terdesentralisasi, tahan terhadap inflasi, dan likuiditasnya yang tak tertandingi membuatnya menjadi pilihan menarik untuk diversifikasi dan pelestarian nilai jangka panjang.

Baca juga: Pasar Kripto Indonesia Kini Terbuka bagi Investor Institusi!